Umroh | Part 4

Tibalah kita dalam ibadah utama di perjalanan Umroh kali ini. Yuk, langsung disimak.
Hari Keempat | 20 Januari 2015
Pagi itu saya sedikit sedih, karena hari ini adalah hari terakhir saya menginap di Kota Madinnah. Saya pandangi terus bangunan megah Masjid Nabawi dan tak lupa berdoa supaya diberikan kesempatan untuk dapat kembali lagi.
Tidak lupa kami berfoto di depan Masjid Nabawi yang kanopinya sedang tertutup dari malam setelah Isya sebelumnya. :’)
Setelah sarapan kami diminta untuk bersiap-siap berihram. Berihram di sini kami mensucikan diri dengan mandi. Setelah mandi kami masih diperbolehkan untuk memakai wangi-wangian.
Saya sedikit lupa, apakah kami jalan setelah Zuhur atau kami me-Qada solat. Tapi yang pasti, saat siang rombongan siap-siap menuju Masjid Bir Ali untuk mengambil Miqot (Niat) sebelum menjalankan Ibadah Umroh.
Sesampainya di Masjid Bir Ali, kami langsung melakukan solat 2 rakaat. Setelah dicek di kamera hp, ternyata saya tidak memotret masjid bagian dalamnya. Benar-benar lupa, entah karena tegang plus fokus mau bersiap-siap Umroh atau karena di dalam masjid cukup ramai kondisinya.
Tapi, kami tidak lupa berfoto berlima dengan pakaian ihram kami 🙂
Sesampainya di bus, kami dibimbing untuk membaca niat Umrah.
Bismillahirohmanirrahim. Selain membaca niat, saya juga berdoa semoga Ibadah Umrah hari ini berjalan lancar dan Allah tetap membantu saya menjaga ihram ini.
Berbicara soal ihram, prakteknya susah-susah gampang. Di antara beberapa larangan saat berihram, saya paling senewen tentang tidak diperbolehkannya tercabut atau mencabut rambut yang ada di tubuh. Selama berihram, saya gak berani pegang-pegang rambut.
Kalau pria, tantangannya adalah melawan hawa dingin. Maklum, pria tidak diperbolehkan menutup kepala dan juga tidak boleh memakai kaos kaki, karena harus terlihat kaki sampai mata kakinya.
Dalam perjalanan dari Kota Madinnah menuju Kota Mekkah saya tegang gak bisa tidur di bus. Saya cuma melihat pemandangan saja yang penuh dengan padang pasir. Suasana sedikit santai saat mendengar pembimbing kami bernyanyi sambil menceritakan kisah Nabi Muhammad SAW. Indah sekali sambil melihat pemandangan di luar.
Selesai bernyanyi banyak jamaah yang istirahat sambil tertidur. Melihat saya masih melek sendiri, ayah saya bertanya:

“Liat apa, Lia?”

Saya yang lagi bengong dan masih terkesima dengan kisah Rasulullah jadi kaget juga. Ayah saya lanjut berbicara:

“Lihat tuh, banyak bukitnya. Kita aja jalan naik bus bisa berjam-jam. Gimana Nabi Muhammad yang naik Onta. Bayangin coba jaman dulu rintangannya.”

Brb mewek T.T
Saya jadi sedikit menyesal awalnya sempat ragu mau melakukan perjalanan suci ini. Tapi ternyata sama sekali tidak menyesal bisa akhirnya datang ke tanah suci. Malah selalu kepengen balik lagi :’)
Di sisa perjalanan akhirnya saya tertidur. Dan ketika sudah mulai memasuki Kota Makkah kami dibangunkan oleh pembimbing. Tidak lupa kami membaca doa ketika memasuki tanah haram ini.
Selama perjalanan memasuki Kota Makkah, jantung saya deg-degannya parah. Nervous, bingung, takut salah, campur aduk jadi satu. Satu-satunya yang saya bisa lakukan biar tenang adalah membaca doa atau selalu membaca bacaan Talbiyah.
Eh, ngomong-ngomong kebiasaan membaca bacaan Talbiyah dan ayat-ayat Al Quran di sini saya jadi kebiasaan lho. Baik di dalam perjalanan, dalam kamar, pokoknya lagi bengong selalu saya isi dengan bacaan-bacaan suci. Hwaaaa… Enak deh di sana, Insya Allah terhindar dari kata-kata yang tidak bagus (kecuali kalau lagi bercanda sama adik saya sih kayaknya hehehehe).
Pada saat itu kalau tidak salah sekitar jam 9 malam. Dari jauh kami sudah bisa melihat Zam-Zam Tower yang katanya jam terbesar di dunia. Mata saya langsung liar mencari dimana Masjidil Haram. Tapi tetap tidak ketemu. Semakin deg-degan aja.
Sampai di hotel kami, Al Safwa Tower Dar Al-Ghufran, kami langsung check in dan makan malam. Makan pas saat itu rasanya hampaaaaa banget. Saya kepengen buru-buru liat Ka’bah. Tapi dipaksa makan sama orang tua karena ibadah setelah ini adalah ibadah fisik. Perut tidak boleh kosong sama sekali. Dan belum lagi kami diprediksi akan selesai Umroh sekitar jam 2 atau 3 pagi. Jadi harus makan yang banyak biar gak rewel perutnya.
Selesai makan, kami bersiap-siap menuju Masjidil Haram untuk melakukan solat isya yang langsung dilanjutkan dengan ibadah umroh.
Hari Kelima | 21 Januari 2015 
Ibadah Umroh yang pertama adalah Tawaf. Tawaf dilakukan dengan memutari Ka’bah sebanyak 7 kali. Sebelum melihat Ka’bah, saya deg-degan terus. Mulut gak berhenti komat-kamit baca bacaan Talbiyah. Orang yang tau saya pecicilannya kayak apa, mungkin bisa liat muka saya udah pucet kayak apa.
Sampai akhirnya saya bener-bener lihat Ka’bah, meneteslah air mata.
Subhannallah, indah sekali rumah Allah ini. Saya tidak berhenti-henti menganggumi keindahan Allah melalui apa yang saya lihat di depan mata saat itu. Kira-kira sampai 3 puteran saya gak konsen membaca bacaan yang dipimpin oleh pembimbing. Mata saya berair mata terus. Saya gak berhenti-henti melihat Ka’bah di sisi kiri saya.  I can’t believe I am here!
Sampai akhirnya bisa mengatur emosi, saya berhasil mengikuti bacaan yang dibimbing oleh pembimbing. Selesai Tawaf kami solat dua rokaat di tempat yang tidak terlalu ramai. Seharusnya kami solat di belakang makam Nabi Ibrahim, tapi mengingat ramainya kondisi Ka’bah saat itu (padahal itu sekitar jam 12-an malem lho!) akhirnya kami cari tempat yang aman.
Selesai solat, kami meminum air zam-zam di dekat tempat solat. Adab yang seharusnya dilakukan saat meminum air zam-zam sesuai yang saya baca pada petunjuk di dalam masjid adalah:
  1. Membaca doa sebelum meminumnya
  2. Meminum dengan tangan kanan
  3. Meminum menghadap kiblat

Selanjutnya kami melakukan Sa’i atau lari-lari kecil dari Bukit Safa ke Bukit Marwa sebanyak 7 kali. Kalau di Bukit Safa bukit yang aslinya sudah dipagari. Saya kurang tahu kalau itu bukit yang sebenarnya atau bukan. Tapi kata pembimbing, Bukit Marwa tempat kami melakukan Tahalul (pemotongan rambut) adalah bukit yang masih asli.

Setelah menyelesaikan 7 putaran yang tidak bisa dibilang gampang juga, akhirnya selesailah Ibadah Umrah pertama kami. Insya Allah semoga ibadah kami diterima oleh Allah SWT. Amien 🙂

Sebelum pulang tidak lupa foto dulu di depan Ka’bah. Walaupun fotonya dari atas. Hehehehe. Maklum, Masjidil Haram sedang diperluas, jadi banyak perubahan jalan atau pintu. Bahkan banyak pintu yang ditutup sehingga kita perlu jalan sedikit memutar. Lalu di lokasi Ka’bah-nya sendiri juga jadi kelihatan lebih sempit.

Setelah itu kami langsung pulang ke hotel untuk istirahat. Lega juga akhirnya :))

Baca informasi lain tentang Umroh di sini:

18 Replies to “Umroh | Part 4”

  1. Subhanallah… pengen kesana lia. Merinding pas baca kamu nangis pas Tawaf.
    Doain ya semoga sepuh bisa nyusul kamu

  2. Tiga kali aku Tawaf, tiga kalinya aku mewek gak berenti selama beberapa putaran, Sepuh :')
    Allah Maha Besar ya. Aku bersyukur banget bisa dikasi kesempatan ke sana.

    Aku juga berdoa buat semua orang yang kepengen pergi, supaya dikasih jalan bisa kesana. Insya Allah Sepuh, berdoa terus yaaa. Aku juga kepengen balik lagi kesana :))

  3. Allah Maha Besar, saya juga takjub saat melihat Ka'bah di depan mata. Insya Allah bisa berkunjung kesana yaaa mak. Semoga bermanfaat tulisannya 🙂

  4. Masya Allah, lia udah umroh ya. Aku pengen banget kesana. Alhamdulillah udah ikut antrian haji walau masih lama banget bisa berangkatnya. Semoga aku juga bisa punya kesempatan buat umroh, mrembes baca cerita lia 🙁

  5. Alhamdulillah sudah, Mbak Suci. Januari tahun lalu.

    Aku juga pengen banget bisa haji. Apalagi semakin muda semakin baik, karena ujiannya selain mental juga fisik. Semoga Mbak Suci lancar ya perjalanan menuju hajinya.

    Semoga kita bisa menjadi tamu di rumah Allah 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *