Ternyata yang namanya fase Threenager itu benar adanya! Baru terasa kalau ngerasain sendiri. Buat buibu yang lagi ngerasain fase yang sama, yuk mari berpelukan saling memberi semangat. Semoga fase ini selesai dengan baik yaaa.
Sekalian aku mau cerita juga di sini apa sih yang anakku alami dan bagaimana aku menghadapinya.
FASE THREENAGER ITU BENAR ADANYA!
Di Bulan Februari 2024 ini anakku memasuki usia 3 tahun 7 bulan. Awalnya tidak terlihat banyak perbedaan emosi dari biasanya. Ya namanya anak, pasti setiap hari adalah marah sama nangisnya.
Cuma setelah aku baru sadar, sudah sekitar dua mingguan emosinya terlihat lebih berbeda. Selain cepat marah, sekarang juga suka memukul dan menendang. Pokoknya jadi kayak remaja sensi yang kalau dibaikin juga malah semakin galak.
Belum lagi keras kepala. Kalau dikasih tau selalu menolak dengan keras. Jadilah setiap hari aku stres berat karena harus menghadapi emosi anak. Stresnya sampai menggangu jadwal menstruasiku yang biasanya selalu tepat lho. Aku juga jadi males ngapa-ngapain dan yang paling parah jadi males makan.
PERGI KE PSIKOLOG
Sejak aku ngerasa mulai tidak nyaman sama perilaku anak, aku selalu minta suami untuk ajak screening anak ke psikolog. Aku takut kalau ada masalah yang terjadi pada anak karena parenting-ku selama ini. Dan tentu saja ini semua demi kewarasan jiwa ibunya lah. Hahaha. Gimana gak gila, setiap hari harus menghadapi anak tantrum.
Tapi suami selalu menasehati kalau ini tuh cuma fase aja, jadi belum perlu ke psikolog. Kitanya aja yang harus sabar.
Dalam hatiku, “Ya elu bisa suruh sabar, gw yang setiap hari ngurusin anak tantrum sampe males makan tau!”. Hahahaha. Tapi aku berusaha ikut kata suami saja.
Sampai di minggu ketiga anak makin menjadi, akhirnya aku nekat booking jadwal konsultasi sama psikolog di sebuah klinik tumbuh kembang. Karena aku minta konsultasi untuk langsung keesokan harinya, aku jadi gak bisa konsultasi sama psikolog yang direkomendasikan sama temanku yang sudah pernah berkonsultasi di sana sebelumnya.
Dengan niat semoga semuanya jadi lebih baik, aku ikhlas aja konsultasi dengan psikolog siapa saja yang ada.
HASIL KONSULTASI DENGAN PSIKOLOG
Di hari konsultasi aku ditemani dengan mamaku. Sesi pertama dimulai dengan anakku yang masuk terlebih dahulu dengan psikolog untuk diwawancarai. Proses wawancara sekitar 15 menitan, sampai akhirnya aku dan mamaku dipersilakan masuk. Namun anakku diminta untuk tunggu di luar.
Di sesi aku psikolog menceritakan apa saja yang anakku ceritakan pada psikolog. Jadi ternyata katanya anakku suka kesel kalau aku suka matiin tv, padahal dia masih mau nonton. Dia juga cerita suka makan yuppi (hahaha). Dan beberapa hal lainnya.
Menurut psikolognya sih kondisi anakku itu baik dan wajar. Tidak ada masalah sama sekali. Hanya saja memang di usia seperti ini anak mulai merasa ingin mandiri. Sudah punya kemauan yang kuat dan tidak mau diatur.
Jadi dari orang tuanya sebaiknya memberikan pilihan ke anak. Lalu juga diminta untuk membuat jadwal harian yang bisa membuat anak tahu kegiatannya seperti apa dalam sehari, jadi punya ekspektasi kesehariannya.
Jujur saja, pas disarankan seperti itu aku merasa agak sedikit kecewa dan kurang puas sih sama saran yang diberikan. Hehehe. Karena aku merasa sudah melakukan hal seperti itu sejak lama. Hanya saja sejak anak mulai tantrum, aku pun jadi mudah terpancing emosi juga. Makanya mungkin aku suka memaksa anak supaya semuanya berjalan cepat.
Tapi walaupun begitu, aku pun tetap mengikuti saran-saran yang diberikan. Dan bagaimana hasilnya? Ya tetep aja sih tantrum anaknya hahaha. Cuma entah kenapa aku merasa ya udah kasih aja waktu supaya anaknya tantrum dan tenang sendiri.
Dan memang sih tantrumnya jadi gak terlalu lama dan aku nemu beberapa celah untuk buat anak ikut sama arahanku. Hanya saja yang bikin aku agak stres dengan kondisi ini lebih karena lingkunganku. Masih ada orang-orang yang senang godain anakku sampai marah demi alasan becanda. Belum lagi kalau anak sudah nangis dan marah, ada aja yang suruh diem, mengalihkan perhatian, atau malah nasehatin anak balik.
Cara-cara itu tuh bener-bener gak bakalan bekerja dengan baik. Yang ada anak malah jadi makin marah. Ya bayangin aja, kamu orang dewasa lagi kesel dan nangis, trus disuruh berhenti nangis atau berhenti marah. YA PASTI MARAH LAH! Makanya orang dewasa please jangan standar ganda ya sama anak sendiri 😛
Makanya sekarang kalau anak marah, aku coba handle sendiri dan jauhkan dari orang lain. Yang lebih penting pokoknya anakku dan kewarasan jiwaku lah!
KAPAN FASE THREENAGER INI BERAKHIR?
Sekarang sudah sepuluh hari setelah aku berkonsultasi dengan psikolog. Memang aku kurang puas dengan saran-sarannya, tapi sesi konsultasi kemarin sebenarnya bisa jadi pengingat aku bagaimana kembali menerapkan gentle parenting yang benar.
Aku mulai baca-baca lagi tips parenting yang selalu kusimpan di Instagram dan TikTok. Aku juga mulai baca lagi buku Montessori Toddler yang sudah pernah kuhabiskan.
Sekarang kondisi anak sudah jadi jauh membaik. Masih ngamuk, tantrum, dan ngelawan, tapi aku sudah bisa handle-nya. Mudah-mudahan fase Threenager ini cepat berlalu ya. Dan jangan sampai muncul lagi di fase berikutnya yang bikin aku sampe stres parah lagi kayak gini.
Semangat buat semua mama yang lagi mengalami fase Threenager!
One Reply to “Threenager Itu Benar Adanya!”