Belajar Dari Sabtu Bersama Bapak

Sebenarnya ramenya Novel karya Adhitya Mulya, Sabtu Bersama Bapak sudah lama kedengeran. Cuma sayanya aja yang belum tertarik untuk membeli dan membacanya. Sampai akhirnya ketika dalam seminggu itu sang istri dari penulis, Ninit Yunita memposting para pemain dari film dengan judul novel yang sama di instagram pribadinya. Gimana gak deg-deg seeer kalo liat yang kayak begini?

Sejak saat itu saya langsung napsu kepengen baca novelnya. Iiiih mureeeeh ya kitaaa, cuma gara-gara liat cowo ganteng doang hahahahahahaha.
Perjalanan mencari novel dimulai dari cari di Google Play Book. Kenapa? Soalnya bisa baca dulu gratisannya (ihhh murah lagi deh kamuuu :P). Engga gratis-gratis amet sih. Cuma karena ada fitur free sample, kita jadi bisa baca novel ini lumayan banyak. At least, kita bisa tau kalo buku ini sebenernya cocok gak sih sama kesukaan kita, dan ada niatan gak untuk beli versi fullnya. 
Dan ternyata bener lho, baca full versi free sample-nya sukses bikin saya besokannya cari novel bentuk fisiknya di Gramedia (gak murahhh kan kita? :P). Kalau tidak salah harganya sekitar IDR 49.000,-.
Dalam waktu dua hari (kalo ditambah baca dari free sample berarti tiga hari), saya berhasil menyelesaikan novel ini. Sebenernya dalam satu hari bisa kekebut sih, cuma kan mesti kerja, makan, bobo, sholat (pencitraan), dan kegiatan lainnya. 
Banyak alasan saya menyukai novel ini. Dimulai dari segi cerita yang beda. Tentang keluarga tapi gak menye-menye. Justru ngasih banyak masukan dan informasi tentang keluarga. Bahkan saya setuju berat sama nasihat-nasihat Abimana Bapak di novel ini. Walaupun kelihatannya si Bapak itu kayaknya sempurna banget ya, which is ga mungkin di dunia nyata. Tapi gak ada salahnya kan ambil semua yang baik dari karakter ini.
Temanya juga masuk banget dengan kondisi masyarakat metropolitan jaman sekarang. Yaitu Satya yang hard worker tapi lupa sama keluarga, juga Cakra yang udah sempurna jadi pria tapi belum dapet jodoh juga. Pas deh!
Oh iya, ini adalah pesan-pesan dari Bapak yang saya suka dari novel ini tentang berbagai aspek kehidupan:
Tentang Menikah
“Menikah itu banyak tanggung jawabnya. Rencanakan. Rencanakan untuk kalian. Rencanakan untuk anak-anak kalian.” (halaman 21).
Tentang Prestasi Akademis untuk Mencari Pekerjaan
“Mereka benar bahwa semua ini (baca: attitude) tidak ada sekolahnya. Tapi yang mereka salah adalah bilang bahwa prestasi akademis itu gak penting. Attitude baik kalian tidak akan terlihat oleh perusahaan karena mereka sudah akan membuang lamaran kerja kalian jika prestasi buruk. Prestasi akademis yang baik bukan segalanya. Tapi memang membukakan lebih banyak pintu, untuk memperlihatkan kualitas kita yang lain.” (halaman 51).
Tentang Gak Nyusahin Anak di Masa Depan
“Zaman anak kita, gak kebayang seperti apa sulitnya persaingan mereka. Pastinya orang cari pekerjaan. Setelah mereka mandiri nanti, belum tentu mereka bisa menolong diri mereka. Apalagi menolong kamu. Waktu dulu kita jadi anak, kita gak nyusahin orang tua. Nanti kita sudah tua, kita gak nyusahin anak.” (halaman 87-88). 
Tentang Anak Sulung
“Menjadi panutan bukan tugas anak sulung-kepada adik-adiknya. Menjadi panutan adalah tugas orang tua-untuk semua anak.” (halaman 106).
Tentang Menyusun dan Mengejar Mimpi
Mengejar mimpi itu butuh waktu untuk dimulai sedini mungkin. Karena ada banyak sekali hal-hal yang menentukan dan membatasi pilihan kita ke sana.” (halaman 151).
Keep That Sparks in Your Marriage
Bahwa semakin kita tua, kita memang semakin tidak menarik. Itu sebabnya Bapak dan Ibu rajin berolahraga. Bagi Bapak, yang penting itu Bapak menjadi perhiasan yang menyenangkan Ibu. Bagi Ibu, yang penting itu Ibu menjadi perhiasan yang menyenangkan Bapak.” (halaman 225-226).
Gimana? Keren kan nasihatnya? Pokoknya harus baca cerita lengkapnya di novelnya. Terutama calon suami, calon bapak, sudah menjadi suami, dan sudah menjadi bapak.
Walaupun ceritanya fokusnya kepada pria sebagai kepala keluarga, tapi cukup nempel di otak. Rencana saya sih ngajak pacar untuk nonton filmnya. Karena udah pasti dia males bacanya hahaha. Harapannya pesannya masuk ke dalam otak dia sebagai calon kepala keluarga hahahaha #modus. 
Ada yang sudah baca? 

16 Replies to “Belajar Dari Sabtu Bersama Bapak”

  1. Belom bacaaa xD tapi temen-temenku udh pada baca dari kapan tau.
    Bagus-bagus nasehatnya :') jlebb. Jadi tertarik, apalagi ada abimananya… *lah lah laaahh…
    Aku sampe nahan napas liat fotonya abimana tadii…
    hahahahahahhaha *astaghfirullah –" gagal fokus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *