Karena pernah bahas soal pengalaman menyusui ASI di blog ini, rasanya kurang ya kalau gak cerita juga pengalaman MPASI selama setahun ke belakang.
Aku bakalan ceritain beberapa pengalaman yang bikin seneng, sedih, kesel, pokoknya campur aduk deh. Tapi aku juga bakalan share tips yang berkaitan dengan MPASI versi aku.
Yang lagi mau persiapan MPASI, yuk mampir. Yang udah pernah ngalamin hebohnya MPASI, yuk kita ngobrol-ngobrol juga.
Dari pengalaman MPASI ini aku menyadari beberapa hal. Disclaimer dulu, hal yang akan kubahas berdasarkan pengalaman dan pemikiranku. Jadi gak bisa disamaratakan dengan kondisi orang lain.
Boleh diambil yang cocok, kalau gak cocok lewatin aja yaaa.
Sama seperti waktu ngurusin ASI, aku juga gak terlalu banyak belajar soal MPASI. Jadi menjelang dokter bilang kalau tanggal sekian sudah bisa mulai MPASI, baru tuh aku serius cari tau soal MPASI.
Tapi pada saat itu yang lebih banyak aku pelajari lebih ke hal-hal teknis seperti alat apa yang dipakai, menu apa yang mau dibuat, dan sebagainya.
Ternyata aku lupa satu hal yang seharusnya kupersiapkan, yaitu mental.
Memang kalau mengingat waktu pengalaman ASI itu juga banyak adaptasinya. Begitu ASI udah bisa dan enak ritmenya, aku jadi ngerasa bahwa ke depannya semua akan jadi lebih mudah.
Tidak semudah itu fulgoso…
Ternyata gak segampang itu. MPASI juga punya tantangan tersendiri. Lagi-lagi mental di sini punya peran penting.
Maksudnya mental tuh apa sih?
Gara-gara gak siap di hal ini akhirnya aku jadi sering stres dan marah-marah ke anak. Anak gak mau buka mulut, aku sodok pakai sendok. Gak mau makan masakan yang dibuat, aku marahin.
Makanya jangan heran kalau anakku sempat GTM.
Sampai akhirnya aku ketemu sama beberapa akun instagram yang bahas soal makan pada balita. Semuanya jadi berubah.
Aku menemukan akun-akun ini karena pada waktu itu lagi cari tau soal baby led weaning (BLW). Engga, aku gak pakai full BLW sebagai cara anakku makan. Aku sendiri sampai saat ini menerapkan spoon feeding (kalau anaknya malah gak fokus makan), kasih finger food, dan memperbolehkan anak kalau mau makan sendiri.
Tapi aku merasa beberapa konsep BLW itu cukup menarik. Aku suka dengan cara menghargai anak makan dan membiarkan mereka enjoy sama proses belajar makan. Makanya anak-anak BLW biasanya dibiarkan makan sendiri dan sudah pasti berantakan.
Aku menggabungkan dua hal ini. Di sini aku tetap menerapkan spoon feeding untuk memenuhi kebutuhan nutrinya, tapi aku memperbolehkan kalau anakku mau pegang sendok atau makanannya. Karena itu artinya anakku mau tahu apa yang dia makan. Sekalian juga bisa sensory play kan?
Aku juga gak repot-repot bersihin mulutnya di setiap kali suapan. Itu cuma akan mengganggu dia.
Dan yang terpenting aku menghargai keputusan anak kalau ingin menyudahi makannya walaupun makanan belum habis. Karena aku ingin dia mengenal konsep kenyang dan lapar.
Tentu ini jadi perdebatan besar awalnya. Apalagi aku masih tinggal dengan orang tua yang ngerasa konsep aku ini cuma buang-buang makanan, kotor, dan memanjakan anak. Tapi aku tutup kuping, karena aku bener-bener pengen anakku enjoy dalam proses makan. Sehingga nantinya aku gak perlu sampai harus paksa makan atau kerepotan saat makan di luar rumah.
Walaupun awalnya aku gak sabar karena prosesnya gak sebentar, tapi pada akhirnya aku melihat perubahan. Anak jadi lebih mau makan, cepat belajar pegang alat makan, dan mau duduk anteng di high chair.
Soal makanan habis atau gak habis, doyan gak doyan, capek gak capek aku bikinnya, acuanku adalah ini:
Aku merasa karena aku gak ekspektasi yang tinggi, jadi kalau makanan gak habis ya aku yang habisin. Tinggal aku kira-kira kebutuhan makannya berarti berapa ya untuk selanjutnya.
Dan yang terpenting adalah tetap perhatikan pertumbuhannya ya. Kalau baik, artinya kita sudah benar. Kalau tidak, harus dicari tahu kenapanya. Minta bantuan ahli supaya bisa teratasi.
Ini adalah beberapa tips makan anak yang kuterapkan. Mungkin bisa jadi inspirasi buat orang tua yang lagi pusing sama anaknya.
Ya, jadi tulisan kali ini walaupun tentang MPASI tapi aku gak mau bahas teknis. Soalnya itu bisa cari sendiri yang terpercaya.
Kalau aku mengacu ke dokter anak sendiri atau kalau di instagram dan buku aku ikutin dr. Meta Hanindita, Sp.A. Aku juga ikutin beberapa akun luar maupun dalam negeri yang spesifik dengan cara BLW. Sejauh ini aku ikutin yang sesuai dengan style yang cocok denganku dan juga menyesuaikan informasi dari IDAI.
Gak selamanya perjalanan ini mulus. Sampai sekarang juga terkadang masih suka tiba-tiba gak mau makan. Tapi aku selalu berusaha untuk tenang dan ikutin maunya anak.
Itu saja yang aku share tentang pengalaman MPASI. Kalau ada yang mau sharing juga, boleh komen di bawah ya!
Review produk Expert Care, skincare anak kulit sensitif yang sukses mengatasi kulit kering dan bruntusan… Read More
Sudah tau cara perpanjang sim secara online? Gampang banget lho ternyata! Sini kukasih tau caranya… Read More
Setelah bertahun-tahun membangun akun Instagram, akhirnya baru di tahun inilah berhasil mencapai 10k followers. Read More
Ayo ajak anak bermain di playground, dan aku kasih tau cara beli tiket main di… Read More
Mencairkan JHT melalui aplikasi JMO ternyata sangatlah mudah dan cepat. Yang mau mencairkan dana pensiun… Read More
Review Wardah Clarifying Clay Mask pada tipe kulit wajah kering. Kira-kira apakah cocok? Baca pengalaman… Read More