Memori Di Malam Minggu

Jangan baper deh pas baca judul di atas. Malam minggu yang dimaksud adalah malam minggu ketika saya kecil. Hahahaha.

Jadi sejak kecil saya tinggal di komplek perumahan yang sepi. Sama seperti kehidupan masyarakat metropolis jaman sekarang, kami hidup bertetangga tapi tidak kenal satu sama lain.

Hingga akhirnya entah dimulai sejak kapan, saya dan beberapa anak-anak tetangga selalu bermain di depan perempatan jalan komplek rumah saya setiap malam minggu.

“Lia… Lia…”

Panggilan itu selalu terdengar di depan rumah saya ketika sehabis magrib. Ada sekitar 5-8 anak setiap kali kami kumpul. Ada berbagai macam permainan yang biasanya kami mainkan. Semuanya tergantung mood pemain hari itu.

Galaxin, Tak Benteng, Kasti, Sepak Bola dan masih banyak lagi. Hanya ada satu permainan yang saya suka di antara seluruh permainan yang kami mainkan.

Saya lupa dengan nama permainannya. Tapi bentuk permainannya adalah pemain dibagi menjadi dua kelompok. Ada kelompok pengejar dan ada kelompok yang dikejar. Demi kemudahan dalam bercerita saya akan menyebut kelompok pengejar adalah kelompok A dan kelompok yang dikejar adalah kelompok B ya!

Kelompok B akan melempar bola tenis menuju ke tumpukan batu yang sudah disusun sebanyak 7 batu. Dilemparnya seperti melempar bola bowling.

Ketika bola mengenai batu, maka kelompok B harus langsung lari menghindari kelompok A. Karena kelompok A akan langsung mengambil bola tersebut dan melempar bola ke para pemain kelompok B.

Kelompok B dapat dinyatakan menang kalau berhasil menyusun kembali 7 tingkat batu tersebut.

Terdengar terlalu macho untuk anak perempuan? Yah, habisnya yang perempuan hanya saya dan satu orang teman saja. Kebetulan saya juga lebih suka permainan yang bikin keluar keringat dan lebih banyak bergerak.

Sayangnya saya hanya sempat bermain selama kurang lebih beberapa bulan. Ternyata banyak tetangga yang komplain karena kalau kami bermain di malam hari, sangat berisik. Akhirnya sejak ada teman yang pindah juga, satu per satu pun para pemain mundur teratur.

Bisa dibilang itu adalah salah satu kenangan yang saya suka di masa kecil. Permainan yang juga sampai sekarang saya belum ingat namanya, tapi jadi permainan yang paling disuka.

Kadang sedih melihat anak-anak jaman sekarang yang lebih asyik dengan gadget. Bahkan ketika acara kumpul keluarga, keponakan-keponakan saya malah asyik main games di layar smartphone. Tidak ada lagi interaksi antara satu sama lain.

Semoga ke depannya akan muncul kembali tren permainan anak-anak jaman dulu ya untuk generasi anak-anak selanjutnya. Selain lebih sehat dengan banyak bergerak, hubungan sosial antar teman juga lebih benar-benar terasa 🙂 Semoga ya!

Kalau kamu waktu kecil paling suka main apa?

Tulisan ini diikut sertakan dalam Giveaway Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan

27 Replies to “Memori Di Malam Minggu”

  1. di tempatku dulu namanya dino boy. Nggak tahu asal namanya dari mana. Mungkin karena lari2an jadi maenannya cowok ya .. dino = hari (jawa) boy = cowok. Jadi hari cowok. Haha. #asliNgasal

  2. Dulu masih jamannya main di malam terang bulan juga, seruuu. Anak sekarang entahlah, permainan mereka artificial semua dan membuat mereka kurang gerak. Kasian juga kadang-kadang.

  3. Dulu masih jamannya main di malam terang bulan juga, seruuu. Anak sekarang entahlah, permainan mereka artificial semua dan membuat mereka kurang gerak. Kasian juga kadang-kadang.

  4. Saya suka main taplak, bekel, dan congklak he he. Gadget memang keren, tapi anak nggak berinteraksi langsung dengan orang lain. Jadinya malah asyik sendiri. Yah sometimes yang dewasa juga 'ngajarin', pas makan di luar malah sibuk sama gadget masing-masing he he.

  5. nama permainannya batu tujuh mungkin ya… hehe saya sering denger aja anak saya suka mainin batu tujuh. tapi batunya dilemparnya pake sendal 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *