Ketika masih sekolah saya dikenal bukan sebagai anak pintar atau juara. Melainkan si anak yang memiliki tulisan rapi.
Tulisan tangan saya yang sering dibilang mirip seperti jenis font Comic Sans ini bahkan jadi langganan pinjaman teman-teman saat ujian sekolah datang.
Bahkan saya dulu sudah terbiasa disuruh mencatat di papan tulis agar bisa diikuti oleh teman-teman sekelas. Lalu catatan saya sendiri bagaimana? Ya, tetep harus catat sendiri juga. Jadilah dua kali saya mencatat tulisan tersebut. Di papan tulis dan di buku catatan.
Satu hal yang tidak pernah saya lupa saat kuliah ada salah satu dosen mata kuliah Manajemen Internasional Bisnis yang sudah sepuh. Beliau umurnya mungkin sudah hampir 70 tahunan, tapi masih mengajar.
Saat membagikan hasil ujian semester kami satu persatu di panggil untuk menerima kertas ujian yang sudah diberi nilai.
Ketika giliran saya, Beliau hanya memanggil nama saya sambil matanya menyisiri kelas. Seakan ingin mengetahui siapa saya.
Saat saya berdiri dan maju menghampiri ke depan, Beliau memuji tulisan saya yang rapi. Selidik punya selidik sepertinya nilai saya ditambahkan juga, karena suka sekali dengan tulisan saya. Hihihihi.
Sejak itu saya cukup sering dipuji oleh Beliau saat sedang dalam jam pelajaran.
Ada satu cerita juga yang ayah saya pernah ceritakan dan hampir mirip dengan pengalaman saya.
Jaman dulu dunia kerja belum menggunakan internet. Bahkan komputerpun belum banyak digunakan. Sehingga mesin tik, bahkan menulis dengan tanganlah yang digunakan oleh para pekerja kantoran.
Saat itu ayah saya baru mulai bekerja dan masih menjadi karyawan biasa. Pada suatu kesempatan direkturnya melihat tulisan tangan ayah saya secara tidak sengaja.
Sang direktur pun menyuruh sekretarisnya untuk memanggil ayah saya. Ternyata ayah saya diminta untuk mencatat nomor-nomor telepon di buku telepon milik sang direktur, karena tulisan ayah saya sangat bagus.
Sejak itupun ayah saya memiliki kesempatan yang besar untuk dilirik oleh atasannya.
Hanya karena tulisan bagus lho!
Percaya atau tidak percaya memang hanya melalui tulisan saja kita sudah dapat memberikan impresi tertentu kepada orang lain. Tidak dipungkiri juga banyak kesempatan yang tidak terduga datang hanya karena melalui tulisan.
Bahkan lewat tulisan pun karakteristik kita bisa di analisa.
Walaupun sekarang sudah jamannya teknologi dan sudah bisa digantikan dengan komputer, saya masih senang mencatat dengan tulisan tangan sendiri.
Saya rasa, dengan menulis tangan itu juga dapat mengasah kecerdasan motorik kita. Jangan sampai nanti kita jadi pemalas, karena apa-apa sudah bisa digantikan dengan robot.
Ketika berbicara tentang tulisan yang bagus, maka kita perlu juga membahas tentang alat menulis yang baik.
Saya sendiri cukup nyaman menulis dengan pulpen yang ujungnya runcing. Ujung pulpen sangat berpengaruh, karena semakin runcing, maka semakin mudah saya menulis dengan rapi.
Selain itu juga kenyamanan harus diperhatikan.
Saya punya gaya posisi menulis yang unik. Banyak yang bilang sih salah, sampai-sampai ada kapalan di jari tengah saya.
Sekarang sih kapalannya sudah mendingan karena jarang menulis. Tapi waktu jaman sekolah, kapalannya bisa bengkak setiap hari kalo saya kebanyakan nulis.
Oleh karena itu, memiliki pulpen yang bagus, nyaman, dan kualitasnya oke itu sangat penting. Jangan sampai warnanya bisa berubah dalam kurun waktu lama (real story!), suka bocor sampe ngotorin baju, dan hal-hal menyebalkan lainnya.
Saat ini saya lebih banyak menggunakan pulpen saat meeting atau corat-coret mengeluarkan ide tulisan. Sampai sekarang saya masih nyaman mencatat secara manual alias menggunakan tangan.
Sehari-hari saya masih menggunakan pulpen biasa yang harganya di bawah Rp 10.000,- an. Dengan harga segitu memang kita tidak bisa punya ekspektasi yang besar bisa tahan lama, gak rusak kalau jatoh, dan yang paling menyebalkan yaitu bocor. Tapi paling engga kalo hilang kan ga nyesek :/
Dulu waktu saya masih bekerja di perusahaan alat tulis, saya tidak habis pikir kenapa ada pulpen yang harganya bisa puluhan juta bahkan ratusan juta.
Ini serius lho! Saya gak bohong. Memang benar ada.
Saya tanya ke SPG-nya dengan polos, “emang ada yang beli?”
Jawabannya ada. Biasanya yang beli itu adalah kolektor. Jadi wajarlah kalau rela mengeluarkan uang yang sangat besar tersebut.
Kebingungan saya pun juga akhirnya terjawab ketika bos baru pulang dinas sambil membawakan oleh-oleh berupa pulpen yang harganya sekitar Rp 700.000,-an.
Saya masih ingat betul warnanya yang putih seperti susu dengan ujung pulpen yang lancip serta dibuka dengan cara diputar. YA AMPOOON CENENG BEUDH AKOOOHH!
Ternyata beda ya pulpen mahal 😛
Itu baru yang 700ribuan, gimana yang jutaan ya? Gak berani taro di saku deh. Takut ilang digondol kucing >.<
Dari situ saya tahu kalau memang pulpen dengan harga mahal tentu memiliki kualitas dan tampilan yang lebih baik dibanding pulpen biasa.
Bisa dibilang juga, saat memakainya dapat menaikkan prestige. Wajar kalau petinggi-petinggi di kantor pasti milih tanda tangan dengan pulpen mahal mereka. Biar gak mau samaan pulpennya kayak staff-nya ya hihihihihi.
Speaking of pulpen mahal dijadikan koleksi, kali ini saya mau kasih info bahwa di tahun ini Cross mengeluarkan special edition pulpen dengan seri Marvel.
Cross merupakan pulpen asal Amerika yang perusahaannya sudah ratusan tahun beroperasi di dunia. Dan Indonesia memiliki kesempatan menjadi salah satu cabangnya dari beberapa negara yang sudah menjual pulpen Cross di seluruh dunia.
Ada tiga tokoh dari komik Marvel dan juga anggota Avengers yang digunakan sebagai icon, yaitu Iron Man, Captain America, dan Spider-man.
Seri ini menggunakan pulpen Cross tipe Century II seharga kisaran Rp 2,4 juta dan Tech II dengan kisaran harga Rp 700 ribu.
Mau tahu kenapa tipe Century II lebih mahal? Karena dilapisi oleh emas 23 karat untuk karakter Iron Man, dan Rhodium untuk karakter Captain America dan Spider-man. Sedangkan pada Tech II ada emblem icon karakter di bagian atas pulpen.
Buat pecinta karakter komik di Marvel, pulpen ini bisa dijadikan koleksi lho. Silahkan beli di Gramedia.
Review produk Expert Care, skincare anak kulit sensitif yang sukses mengatasi kulit kering dan bruntusan… Read More
Sudah tau cara perpanjang sim secara online? Gampang banget lho ternyata! Sini kukasih tau caranya… Read More
Setelah bertahun-tahun membangun akun Instagram, akhirnya baru di tahun inilah berhasil mencapai 10k followers. Read More
Ayo ajak anak bermain di playground, dan aku kasih tau cara beli tiket main di… Read More
Mencairkan JHT melalui aplikasi JMO ternyata sangatlah mudah dan cepat. Yang mau mencairkan dana pensiun… Read More
Review Wardah Clarifying Clay Mask pada tipe kulit wajah kering. Kira-kira apakah cocok? Baca pengalaman… Read More
View Comments
Memang dasarnya tulisan sudah rapih plus alat tulis yang bagus. Hasilnya sempurna pasti ya.
Dan memang harga ngga bohong kan. Pulpen mahal dapat prestise juga sekaligus mendapatkan manfaat dari kualitasnya
Betul kak. Tulisan bagus ditambah pulpen bagus jadinya kece deh hehehehe :)
Bener banget Lia, tulisan rapi itu tergantung pulpennya kayak gimana :D
Dan pulpen Marvell itu keren bangetttt sekeren tulisan tanganmu
Asiiik tulisanku dibilang keren :D
tulisannya Lia cakep banget
Terima kasih Kak :D
pernah lihat pulpen harga sejuta... punya ayah.
beliau kantongin dan hilang di toilet mall zzzz..
tapi emang ya.. kualitas pulen mahal itu beda banget sama pulpen 1-2ribuan..
tintanya beda banget deh!
btw, li... tulisanmu bagus bangeeeet!!!!!! >.< rapi !!!
Aduuuuh aku kalo jadi si ayah udah nangis guling-guling kali :'(
Terima kasih Mbak ;)
Lia tulisanmu rapiiiiii *sembunyiin catatanku* hihihihih
Bener juga, kalau tulisan rapi itu selalu langganan dosen suruh nulis :D
Pulpen ini menarik banget ya edisi Marvel harganya worth it lah ya. Untuk harga pulpen memang nggak heran ada yang mihil tralala gitu, kadang iseng ke Gramedia terus nengok yang di counter pulpen, cuma bisa senyum masam aja lihat harganya :D
Harganya memang bikin nelen ludah. Tapi kadang harga dan kualitas itu ga bohong. Jadi kapan ya aku dikasih seserahan pulpen mahal? *lhooo hahahahahaha
Iya bagus banget tulisannya Lia. Aku karena ngapa2in buru2 jadi tulisannya lumayan acakadut :p
Ini penuh penghayatan nulisnya Nia. Hahahahaha
Aku waktu sekolah (Sekolah Analis Kimia) juga dikenal sebagai orang yang punya tulisan cukup rapi, bahkan catatanku pasti difotocopy untuk dijadikan bahan belajar menjelang ujian. Biasanya aku selalu mencatat dua kali. Jadi kalau ke sekolah bawa satu buku catatan campuran, ditulis gak terlalu rapi plus catatan-catatan kaki/pinggir. Nanti sampai rumah aku rapikan lagi di buku yang terpisah (sesuai mata pelajarannya). Salah satu manfaat dari mencatat dua kali adalah, aku jadi bisa sambil belajar dan mengingat kembali bahan pelajaran di kelas sebelumnya, Mengingat mata pelajaranku waktu itu 'bikin spanneng' semua.
Saking rapinya, itu buku catatanku banyak yang minat, sehingga akhirnya hilang entah kemana. Mungkin diambil penggemar :-D
Btw menyoal tentang pulpen yang ok, aku setuju banget. Pulpen yang bagus itu akan membuat mood menulis kita terangkat juga. Biasanya kalau pulpen nya jelek, aku juga nulisnya gak semangat. Terutama untuk jurnal pribadi. Iya aku dulu punya jurnal pribadi. Kalau sekarang sih udah jarang nulis pakai pulpen kecuali di kantor atau kalau lagi ada kelas blogger bareng kalian.
Btw,aku mau dong dikasih copyan buku workshop bareng bloggernya. Ilmunya ok tuh kayanya Lia ;-)
Wahhh kita sama yaaa Kak Bart. Maunya harus rapi untuk urusan catatan.
Boleh-boleh, nanti aku bawa yaaa. Tapi syaratnya harus dicatet ulang pake tulisan tangan hihihihihihi :D
Liaaa tulisanmu yg katanya berantakan itu ruapiii versiku. Da aku mah tulisan dokter wkwk...eniwei ya Allah pulpenya meuni mewaaah
Hahahaha. Mevwahhh banget yaaa :D
Tulisan tangan yang bagus adalah tulisan yang bisa dipahami orang lain, itu versi saya. Haha. Pembelaan diri.
Iya ya mba, zaman sekolah kalau nulis rapi suka dipuji sama guru kareba tulisaalnnya enak dibaca.
Asal bisa dibaca aja udah bagus ya, Mbak hehehe.
Tulisan LIA keren bangeett. Aku ngga suka nulis tangan, pegel. Hahaha. Dan itu pulpen marvel, deuh, kece
Iya, Mbak. Sebenernya pegel juga iihihihihi.