Setahun belakangan kenal dengan term “zero waste” sedikit mengubah beberapa aspek dalam kehidupanku. Buat yang belum tahu, zero waste itu adalah program menghasilkan minim sampah. Namun karena kata zero dalam term tersebut, aku jadi sedikit ngeri ngeri gimanaaa gitu karena belum bisa mengurangi sampah sampai jadi “nol” kayak di Jepang gitu. Jadi aku lebih suka pilih padanan kata “less waste” atau yang sekarang lebih cocok lagi adalah “sustainable living”.
Sustainable living artinya adalah menerapkan sebuah gaya hidup yang ramah lingkungan. Artinya tidak hanya menghasilkan sampah saja yang diperhatikan, tapi juga segala aspek kehidupan yang lainnya harus diperhatikan apakah bisa merusak lingkungan juga atau tidak? Bahkan soal sustainable living ini juga kaitannya gak cuma sama masalah lingkungan aja, tapi juga masalah sosial dan ekonomi.
Karena aku tidak pandai merangkainya dalam sebuah tulisan, aku saranin deh dengerin podcast SustainTalks yang dibuat dari Sustaination. Menurutku Mbak Tyas selaku founder dari Sustaination sangat jelas mendeskripsikan tentang bagaimana itu hidup yang ramah lingkungan.
Well, balik lagi soal penyebutan term antara zero waste, sustainable living, less waste, atau apapun itu sebenarnya balik ke masing-masing persepsi saja. Lagipula yang terpenting di balik itu semua, konsep ini sama-sama mengajarkan cara berkehidupan yang baik untuk lingkungan.
Tapi jangan takut atau ilfil ya kalau aku bahas beginian. Aku gak merasa hidupku sudah paling baik kok. Malahan belum dipraktekkan semuanya. Aku menulis ini sebagai catatan pribadi tentang bagaimana belajar untuk hidup yang ramah lingkungan. Semoga saja ke depannya kita bisa memberikan yang terbaik untuk lingkungan dan bumi. Jadi jangan mikir yang berat-berat dulu ya 😉
Saat ini aku belum sanggup melakukan hal-hal yang besar. Seperti salah satu contohnya yang sering dibahas soal sampah. Aku masih belum bisa memilah dan mengolah sampah dengan baik. Aku merasa kalau bagian ini cukup sulit karena yang berpartisipasi bukan aku sendiri, tapi seluruh anggota keluarga. Ini masih jadi tantangan buat diri sendiri. Semoga saja suatu saat sudah bisa punya rumah sendiri, aku bisa menerapkan dengan baik dan bisa menginspirasi sekitar.
Karena itulah aku berpikir untuk memulai dari sendiri aja. Yang terpikir olehku adalah dengan mulai menggunakan barang reusable atau yang bisa dipakai berkali-kali. Sejujurnya langkah ini juga kuambil karena memikirkan dampak ekonominya alias supaya irit. Hehehehe.
Supaya ada gambaran kok bisa irit, abis ini aku mau sebutin satu-satu barang reusable yang sekarang aku gunakan.
Kayaknya ini salah satu barang reusable pertama yang aku pakai deh. Awalnya karena pengaruh suami yang dari dulu gak suka pakai cotton bud yang dari bahan kapas itu. Katanya cotton bud juga kurang bagus untuk mengambil kotoran di telinga. Yang ada kotorannya jadi semakin kedorong ke dalam.
Setelah kupikir-pikir gak ada salahnya beralih ke reusable ear cleaner, toh jadi gak usah beli cotton bud melulu setiap bulan. Eh pas juga ngelihat berita ada kuda laut yang lagi berenang tapi di buntutnya ada cotton bud nyangkut. Huhuhu, sedih banget liatnya. Mungkin sampah seperti itu dikira sama binatang laut adalah makanan kali ya.
Produk yang kupakai ini dibeliin sama suami di pasar. Modelnya besi sekitar 4cm. Di salah satu ujung bentuknya kayak scoop es krim tapi kecil banget. Yang satunya lagi cuma bentuk lurus biasa. Yang sering kupakai yang mirip sendok karena ternyata pas dikorek pertama kali kotorang kupingku banyak banget yang keangkut!
Ini jijay banget sih, tapi setiap kali ngorek tuh aku puas karena kotorannya keangkat, beda sama cotton bud yang ngambilnya cuma sedikit. Sejak saat itu aku gak pernah lagi pakai cutton bud.
Namanya wanita pasti fungsi kapas itu penting banget dari mulai bersihin makeup sampai untuk urusan skincare juga masih butuh kapas. Dalam sebulan sampai dua bulan itu aku bisa menghabiskan 1 pack kapas yang berisi 50 kapas. Antara bener-bener pengen kulitnya bersih atau emang bener-bener boros aja. Hahaha.
Dari situ aku kepikiran kenapa engga aku beli kapas yang bisa dipakai berulang kali aja ya? Jadi hemat gak usah beli kapas kan? Akhirnya aku beli reusable cotton pad di Sustaination dua buah. Dan selama pemakaiannya aku senang banget karena gak perlu ngabisin kapas sama sekali, karena untuk ngapus makeup juga bisa banget.
Hanya saja ada beberapa yang aku harus adaptasi selama pemakaian kapas reusable ini, salah satunya adalah pemakaian produk makeup remover yang lebih banyak. Entah karena aku ngerasa bahan reusable cotton pad ku ini gak menyerap produk pembersih dengan baik, atau emang akunya yang belum terbiasa. Aku juga kurang suka sama bentuk cotton pad-nya yang banyak bulu. Jadi sepertinya di lain kesempatan aku akan cari lagi model cotton pad yang lain.
Jadi kalau sekarang lagi banyaknya review pemakaian menstrual cup, aku malah gak berani banget pakai itu. Akhirnya beralih mencoba yang masih mirip dengan pembalut sekali pakai, yaitu menstrual pad.
Bentuk menstrual pad memang mirip sekali dengan pembalut sekali pakai yang selama ini kita pakai. Yang membedakan adalah bahan di dalamnya menggunakan bahan kain dan di bagian terluarnya menggunakan bahan yang kedap sehingga tidak membuat darah menstruasi bocor.
Saat ini aku udah coba dua merek menstrual pad berbeda. Recananya nanti akan aku sharing lebih detail soal menstrual pad ini, supaya bisa dipakai sama teman-teman yang gak berani pakai menstrual cup.
Menstrual pad ini juga lumayan lho bikin ngurangi budget belanja pembalut sekali pakai. Plus juga mengurangi tingkat stres aku setiap kali bungkus pembalut yang sudah dipakai dan dicuci lalu dibuang ke tong sampah. Karena aku tau itu bahannya plastik dan susah diurai. Bahkan katanya sampah pembalut sekali pakai ini termasuk yang paling tinggi. Huhuhu. Semoga aja penggunaan menstrual pad bisa mengurangi itu.
Face mask di sini bukan seperti sheet mask gitu ya, tapi ini masker wajah yang biasa digunakan sehari-hari kalau pergi ke luar rumah. Tujuannya adalah untuk mecegah udara kotor terhirup oleh hidung secara langsung. Tau sendiri kan polusi di Jakarta itu kayak apa. Sama satu lagi sih tujuan aku pakai masker ini biar gak digangguin orang nakal/jahat hehehe.
Nah biasanya masker yang dipakai itu kan yang lebih tipis dan cuma dipakai sekali aja. Jatohnya boros juga menurutku. Jadi aku sudah biasa pakai masker kain yang bisa dicuci. Cuma belakangan aku beli masker kain yang ada filter-nya juga. Ini aku beli merek Bowin yang dulu direkomendasikan sama salah satu temen blogger.
Baca juga: How To Use Beauty Products Without Destroying Environment?
Selain barang-barang reusable lainnya yang sudah kusebutkan sebenarnya masih ada banyak lagi. Seperti sudah bawa cutlery set sendiri jadi bisa nolak sendok dan garpu plastik dari restauran, atau hal simpel kayak bawa tote bag sendiri untuk mengurangi plastik kantong belanja. Dan juga yang paling gampang yaitu, pakai botol minum sendiri supaya tidak beli air minum dalam kemasan.
Jujur aku masih belum menerapkan penggunaan barang reusable ini sepenuhnya. Kadang masih pakai cotton pad kalau reusable cotton pad-nya belum pada dicuci atau lagi traveling, masih nerima kantong belanja plastik kalo lupa bawa kantong sendiri, dan lain sebagainya. Aku harap ke depannya semakin bisa konsisten untuk menerapkan sustainable living untuk dampak kehidupan yang lain.
Kalau teman-teman ada yang juga menerapkan hidup seperti ini juga boleh share ya, supaya aku ada inspirasi lagi barang apa yang bisa aku ganti ke barang reusable lainnya.
Review produk Expert Care, skincare anak kulit sensitif yang sukses mengatasi kulit kering dan bruntusan… Read More
Sudah tau cara perpanjang sim secara online? Gampang banget lho ternyata! Sini kukasih tau caranya… Read More
Setelah bertahun-tahun membangun akun Instagram, akhirnya baru di tahun inilah berhasil mencapai 10k followers. Read More
Ayo ajak anak bermain di playground, dan aku kasih tau cara beli tiket main di… Read More
Mencairkan JHT melalui aplikasi JMO ternyata sangatlah mudah dan cepat. Yang mau mencairkan dana pensiun… Read More
Review Wardah Clarifying Clay Mask pada tipe kulit wajah kering. Kira-kira apakah cocok? Baca pengalaman… Read More
View Comments
Bawa tumbler, kantong belanjaan, pakai sabun/shampoo bar, sikat gigi dari bambu dan masih banyak lagi hehe. Aku juga suka reuse botol2 bekas selai dll untuk nyimpen kopi, garam, gula dll. Trus skr mulai suka belanja baju prelove gitu. Ini sih gak sering2 karena gak terlalu perlu juga. Paling kacaw kalau lagi traveling sih. Suka buyar semuanya hahaha
Iya yaa, Mbak. Kalau traveling harus extra juga yang disiapin. Mungkin kita belum terbiasa aja hehehe.
Aaak, sama banget, mbak. Aku juga tim ga berani sama menstrual cup hahaha Bayanginnya aja udah seram padahal teman2ku blg gak papa bla bla bla. Aku akan menunggu sharing lebih jauh tentang menstrual pad yang mbak Lia pakai aja aah
Siaaap. Ditunggu ya. Nanti akan ku share juga di sini :)
Aku sendiri lagi berusaha menjalani sustainable living walau masih banyak bocornya, hehe. So far hal paling konsisten yang aku lakukan yaitu bawa wadah sendiri tiap belanja ke pasar. Juga pakai barang-barang yang disebutkan Mbak Lia di atas (kecuali mens pad, aku pakai menstrual cup).
Btw aku pernah sok idealis bikin reusable cotton pad sendiri. Masalahnya udah gak punya mesin jahit, gak jago jahit pula! Gak rapi blas, walhasil mbrudul hahaha. Akhirnya beli deh di zero waste shop di Surabaya. Alhamdulillah nyaman sih dan serat bulunya nggak sepanjang itu. :3
Dari semua hal yang berkaitan dengan less waste, yang sudah dipraktekkan cuma pake tumbler doang. Hehehe. Tapi gapapa lah, walaupun masih sepele tapi kan harus dimulai dari yang mampu dulu. Insyaallah bakal mulai lebih concern sama yang namanya less waste ini. Selain lebih ramah lingkungan juga lebih hemat, soalnya menggunakan barang-barang yang bisa digunakan berulang kali.
Iya gapapa kok. Yang penting sudah memulai. Semangat yaa :)
Semoga kedepannya Indonesia bisa gunain yang reusable terus yaa
Aamiin :)