Umroh | Part 2

Masih semangat denger cerita perjalanan saya ke tanah suci? Yuk kita lanjutin ceritanya. Takutnya keburu saya lupa. Hihihihi…
Hari Kedua | 18 Januari 2015
Sebenarnya kita punya rencana untuk sholat malam dilanjutkan sholat subuh di Masjidil Nabawi. Namun apa daya badan masih belom bisa menyesuaikan diri sekaligus masih capek karena perjalanan yang panjang.
Akhirnya di sholat perdana saya ini juga malah gak kebagian sholat di dalam masjid. Jadinya saya sempet bete karena malah sholat di pelataran. Mana saat itu dingin sekali yang bisa sampe 16 derajat. Trus gak dapet sholat di pelataran yang ada karpetnya, jadinya bener-bener kerasa dingin banget subuh itu.
Walaupun akhirnya sholat di pelataran, tapi saya masih ngerasa seneng. Karena akhirnya bener-bener berada di Masjidil Nabawi. Saya gak berhenti-henti melihat arsitektur masjid yang cantik. Belum lagi kanopi-kanopi yang terbentang di seluruh pelataran masjid. Sungguh indah! Oh iya, sholat perdana saya ini di akhiri dengan meminum air zam-zam yang disediakan di masjid. Wahh… Pagi yang segar deh pokoknya hari itu 🙂
Setelah sholat subuh, kami semua kembali ke hotel untuk sarapan. Rencana hari kedua ini sebenarnya adalah ke Raudhah. Tapi karena terlambat akhirnya kami gagal berkunjung ke komplek makam Nabi Muhammad SAW dan para sahabat-Nya ini. Harap dimaklumi karena jadwal kunjungan ke Raudhah untuk wanita dibatasi. Jadwal yang saya tahu kurang lebih beberapa menit setiap setelah sholat wajib. Tapi sepertinya hanya pagi setelah subuh dan malam setelah isya’ saja. Berbeda dengan laki-laki yang bisa ke Raudhah kapanpun. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya saya, mama, dan adik perempuan saya akan kembali mencoba pergi ke Raudhah setelah Isya’ saja.
Lalu, kami ngapain dong? Apalagi kalau bukan foto-foto (eh, tapi setelah sholat duha dan baca al-quran dulu ya hehehe) di Masjid Nabawi. Saya suka sekali dengan interiornya yang modern. Dengar-dengar memang ini adalah perluasan dari masjid Nabi sebelumnya. Interiornya mengingatkan saya akan nuansa Negara Mesir (CMIIW yaaa). Dan kesannya megah sekali. Jadilah ini sesi foto-foto saya di Masjidil Nabawi ini 🙂

 

Sehabis shalat zuhur, saya dan keluarga berencana untuk jalan-jalan di Kota Madinnah. Kota Madinnah yang dekat dengan hotel saya benar-benar rapi dan teratur. Walaupun jalanan suka macet dengan kendaraan bermotor, tapi saya suka karena daerahnya yang tenang. Kita bisa lihat burung merpati yang terbang kesana kemari, bahkan kita bisa kasih makan lho.

 

Tidak lupa kita mampir untuk mencoba kebab. Adik saya pesan kebab rasa kambing, sedangkan saya pesan kebab rasa ayam plus teh tarik. Rasanya cukup oke dan sesuai dengan lidah. Apalagi teh tariknya yang enaaaaak banget!

 

Oh iya! Saya dulu berpikir kalau kota-kota di Saudi Arabia adalah kota-kota tanpa adanya sentuhan barat. Ternyata salah besar. Di sini sudah banyak merek-merek barat yang berjejer di sepanjang kota. KFC, Giordano, Carl’s Junior, H&M, dan bahkan kesukaan teman saya, David, Starbucks!

 

Setelah shalat Ashar, kami tidak langsung pulang ke hotel. Ayah saya ingin mengajak kami berkeliling sekitar Masjidil Nabawi. Kami pergi ke sisi agak depan dimana kami bisa melihat kubah hijau tempat Rasul dimakamkan (green is my favorite color!). Kubah berwarna perak adalah penanda mihrab tempat imam. Saya juga sempat berfoto di depan dinding Baqi, makam tempat para syuhada Uhud. Walaupun sebenarnya Baqi baru bisa dilihat dengan jelas kalau pergi dari luar komplek Masjid Nabawi.

 

 

Dan akhirnya saatnya pergi ke Raudhah! Setelah Isya kami para wanita langsung buru-buru balik ke hotel untuk makan malam. Langsung setelah itu menuju ke Masjidil Nabawi kembali supaya tidak ketinggalan pergi ke Raudhah.
Saat masuk ke dalam masjid (yang saya lupa nomor gate-nya, maaf yaaa) kami langsung ditunjukkan oleh Askar (petugas masjid, CMIIW) wanita yang sedikit bisa berbahasa Indonesia. “Masuk, Ibu. Masuk, Ibu”, katanya. Hihihi saya seneng deh denger para Askar ini kalau ngomong Bahasa Indonesia.
Sebelum masuk ke dalam Raudhah, kami dibagi-bagi untuk berkumpul berdasarkan rumpunnya. Tujuannya adalah supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Maklum, rumpun Melayu seperti Indonesia dan Malaysia punya badan yang mungil dibandingkan dengan Bangsa Turki, Iran, dan rumpun Arab lainnya. Dan masuk ke dalam Raudhah ini sendiri memang benar-benar butuh perjuangan dan kesabaran tingkat tinggi lho. Maklum, karena tempat ini adalah tempat yang mustajabah akan doa-doa kita kepada Allah SWT.
Oh iya, bisa baca cerita tentang Raudhah lebih jelas di SINI dan di SINI ya.
Setelah menunggu sekitar 1 jam-an akhirnya kami wanita dari rumpun Melayu diperbolehkan masuk ke komplek Raudhah. Masya Allah, benar-benar penuh dan saya kesulitan untuk dapat melakukan sholat sunah sebagaimana hal yang seharusnya kami lakukan di Raudhah. Karena kasihan dengan mama saya, saya bilang ke mama kalau kita cukup berdoa saja dalam hati. Lalu tidak perlu memaksakan diri untuk bisa sholat di komplek ini.
Sebenarnya sangat sayang saya menyerah secepat itu. Tapi saya bener-bener kasihan sama mama dan adik yang ke dorong-dorong dan kejepit orang yang ingin berebut beribadah dan berziarah ke makam Rasul. Doa saya semoga saya diberikan umur, kesehatan, dan rezeki supaya bisa datang lagi ke Raudhah ini. :'(
Karena sedikit kecewa kita gak bisa beribadah di Raudhah. Kami menghibur diri dengan foto-foto di depan Masjid Nabawi. Hehehehe… (ketawa, padahal masih bete).
Itu dia perjalanan kami sekeluarga di hari kedua. Tunggu kelanjutan ceritanya yaaa 🙂
Baca informasi lain tentang Umroh di sini:

2 Replies to “Umroh | Part 2”

  1. Insya Allah bisa kesana juga, Mas. Saya juga kepengen balik lagi. Doanya selalu sama, supaya bisa kembali ke Rumah Allah lagi. Amien ya Rabbalalamin 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *