A Tribute To Erika

Saya termasuk orang yang jarang merasakan kehilangan orang terdekat. Namun namanya kematian memang tidak terduga-duga. Siapapun bisa saja meninggalkan kita secara tiba-tiba. Makanya saya selalu merasa syok saat hal ini terjadi.

Tahun ini saya kehilangan dua orang teman yang saya tidak sangka-sangka. Baru-baru saja teman tercinta kami, Erika Metta Mudita menghembuskan nafas terakhir bersama dengan bayinya, Baby G.

KESAN PERTAMA

Erika merupakan teman kantor lama saya. Duduk kami bersebelahan walaupun dibatasi dengan lemari yang ada lubangnya. Walaupun saya masuk duluan, tapi Erika umurnya lebih tua dan tentunya sudah lebih banyak pengalaman dalam bekerja.

a-tribute-to-erika
pemandangan saya saat dulu masih satu kantor dengan Erika

Saat saya kesal dengan pekerjaan, ia selalu menyemangati melalui lubang itu. Bahkan ia menuliskan kata “smile, Lia” di post it dan saya tempelkan di dinding supaya tetap tersenyum dan semangat menghadapi problematika pekerjaan yang saat itu merupakan pekerjaan pertama saya.

Erika yang kami panggil dengan sebutan sayang Buyyik itu adalah wanita yang dewasa dan berani. Saya ingat betul ia memarahi kami yang mentertawai mobil bekas yang dibeli teman.

“Setidaknya ia beli pakai uangnya sendiri. Kamu hanya pakai mobil bapakmu,” katanya mengingatkan kami anak-anak manja yang hanya bisa mencemooh seseorang dari hasil keringatnya sendiri.

Ia pun sendiri mengakui bahwa sering ceplas ceplos dalam mengkomentari sesuatu yang tidak sesuai.

a-tribute-to-erika-metta
Foto bersama di meeting terakhir saya

Kenangan terakhir saya adalah saat saya pamit resign dari kantor. Kami banyak berfoto-foto. Dan tidak lupa memeluk dan mencubit pipi dan lengannya yang lembek. Kami menyebut kegiatan ini adalah “enyoy-enyoy”. Hihihi, We are gonna miss that, Buyyik.

PENYAKIT BERNAMA PULMONARY HYPERTENSION

Singkat cerita selama beberapa tahun belakangan kami hanya berkomunikasi melalui social media. Buyyik juga memiliki blog yang berisikan cerita sehari-hari sekaligus impiannya. Saya sering membaca dan tidak lupa meninggalkan komentar.

Sampai akhirnya ia menuliskan cerita yang membuat saya cukup kaget pada tulisan ini. Bergidik membacanya apalagi saya tidak suka dengan hal-hal yang berbau penyakit. Namun simpati saya selalu bersamanya.

Sejak itu Buyyik beberapa kali menuliskan cerita tentang penyakitnya yang bernama Pulmonary Hypertension. Penyakit ini berhubungan dengan paru-paru dan tekanan darah tinggi. Yang membuat kami akhirnya mengerti mengapa ia sering merasa ngos-ngosan dan cepat capek walaupun hanya pergi ke ruang desain yang hanya berjarak satu lantai.

Hebatnya adalah ia tidak pernah menebarkan rasa sedih di setiap tulisannya. Sebaliknya ada rasa percaya kepada jalan yang Tuhan berikan dan ada pengharapan dari dirinya. Itulah yang membuat saya selalu yakin bahwa ia akan melewati segala rintangan dengan lancar bersama suaminya.

SEBUAH KEAJAIBAN DATANG

Hingga saya tambah yakin setelah membaca cerita bahwa Erika telah mengandung! Saya pun ikut bahagia mendengar berita bahagia ini. Karena memang sudah lama ia menanti kehadiran bayi di dalam hidupnya 🙂

Namun kehamilannya ini akan sedikit sulit dikarenakan penyakitnya.

Dan hebatnya (sekali lagi saya sebut ia wanita yang hebat), opsi untuk menggugurkan kandungan untuk menyelamatkan nyawa baik ibu dan anaknya, tidak dia ambil. Hal yang baru saya ketahui saat menghadiri acara misanya kemarin, bahwa menurut Erika,  jika Tuhan sudah memberikan bayi ini, maka Tuhanlah yang berhak mengambil bayi ini lagi. :'(

Jujur saat ia hamil saya banyak melewati momen tersebut karena kesibukan. Bahkan membaca blognya pun (kami tidak pernah bercerita yang serius, hanya saling membaca blog masing-masing) saya tidak sempat.

Sampai akhirnya minggu lalu status-statusnya di social media sudah menunjukkan bahwa ia harus masuk rumah sakit karena kondisi yang drop.

last-message-erika
Harapan terakhir Erika sebelum operasi

Yang saya ketahui juga dari teman bahwa, kondisi inilah yang mengharuskan ia untuk segera di operasi demi keselamatan ibu dan bayinya. Cerita detailnya baru saya baca di postingan Erika paling terakhir yang baru saja saya baca.

Hingga akhirnya saya sangat kaget mendengar kabar bahwa Erika telah berpulang bersama dengan bayinya, Baby G di Hari Rabu lalu :'(

Telepon dari teman-teman mulai ramai. Kami tidak henti-henti mencari kabar kapan akan dimakamkan dan berencana bertemu untuk mengucapkan salam perpisahan untuk Erika yang terakhir kalinya.

Tangis tidak dapat saya bendung saat melihat tubuhnya yang sudah terbujur kaku di dalam peti. Tapi saya tahu bahwa Erika sudah tenang dan bahagia telah menjadi ibu seutuhnya sebelum ia harus berpulang.


Buyyik, we are gonna miss you…

Buyyik, pesanmu terakhir saat aku resign untuk undang kamu saat aku nikah belum terpenuhi. Tapi doakan aku selalu ya…

Buyyik, terima kasih sudah jadi teman yang mengajarkan bahwa hidup itu harus kuat dan tegar…

Buyyik, we are love you…

RIP Erika Metta Mudita & Baby G

24 Replies to “A Tribute To Erika”

  1. Turut berdukacita sedalam-dalamnya, Lia. Sedikit banyak saya bisa memahami rasa kehilanganmu setelah membaca tulisan ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari sosok arif seperti beliau. RIP, Buyyik.

  2. Baca tulisan ini, aku jadi ikut sedih, dan teringat kalau adik salah satu temanku juga ada yang menderita penyakit yang sama. Temanku itu sering cerita bagaimana bahaya dan sulitnya penyakit ini, dan bagaimana dia akhirnya bergabung dengan beberapa orang lain yang merupakan ‘keluarga dari penderita’ untuk berjuang bersama melawan penyakit itu.

    My deep condolences for you and her family Lia …

  3. sedih bacanya :(.. aku memang ga kenal ama erica, tp ngeliat fotonya aja udh kliatan ya mbak, sepertinya baik , sabar, keibuan.. semoga almarhum diterima di sisiNya, diampuni segala kesalahan … ikut berduka cita ya mbak lia…

    1. Iya, Mbak. She’s gone too soon. Tapi pasti semua ada hikmahnya. Kita bisa belajar dari kesabaran Erika. Terima kasih ya, Mbak 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *