Bangkok Day 1

Sudah siap berangkat? Setelah selesai beres-beres, siap deh kita berangkat liburan ke negeri gajah putih. Namanya mau jalan-jalan sendiri (tanpa keluarga) pertama kali, alhasil gak bisa tidur semaleman. Pas pagi pun bisa bangun duluan daripada suara alarm jam.

Begitu masuk Bandara Soekarno-Hatta, udah terasa banget suasanya liburannya. Dari antrian yang panjang, juga muka-muka ngantuk tapi sumringah mau jalan-jalan. Yippie! The day that we’ve been waiting for has come 🙂

 

 

 

Saat di pesawat entah kenapa turbulence terasa cukup lama. Saya yang tidak suka terbang otomatis tidak bisa tidur dan istirahat. Apalagi perjalanan selama 3 jam sungguh membosankan.

PELAJARAN: Lain kali harus ingat untuk bawa majalah atau game khususnya kalau perjalanan lebih dari 1 jam.

Sesampainya di Bandara Don Mueang, tebak apa yang pertama kali kita cari? Yaitu SIM Card gratisan! Temen kebetulan dapat info kalau di bandara diberikan SIM Card gratis. Dan kita ketemu di loket sebelum menuju imigrasi. Sayangnya cuma tersisa 2 SIM Card. Oh iya, di Bangkok SIM Card yang ditawarkan untuk turis kira-kira harganya dari THB 299 – 499. Sudah termasuk internet dan pulsa telepon untuk jangka waktu 7 hari. Karena di sana cuma 3 hari, saya pun tidak membeli, hanya mengandalkan wifi hostel saja 😛

Lalu gimana cara kita pergi dari bandara ke hostel? Setelah cari-cari info, kita putuskan untuk naik taksi mengingat kita belum tahu banyak jalan di sana, dan juga tidak mau menghabiskan waktu. Menurut info yang didapat, taksi bandara bisa di temui di lorong paling ujung arah pintu keluar bandara. Jadi turun dari imigrasi, belok ke kiri terus aja. Sampai lewatin Tourist Information (yang nawarin Van harganya THB 1000, what the….), di ujung ada tanda Taksi.
Sampai di sana ada sekitar 4-6 loket yang dijaga oleh wanita. Mengingat Bangkok adalah negara yang penduduknya tidak menggunakan Bahasa Inggris sebagai sehari-harinya, saya sudah meminta bantuan hostel untuk menuliskan alamat hostel dengan tulisan Thailand (saya sebutnya tulisan cacing hihihi… maap ya) supaya bisa langsung diberikan kepada siapapun kalau (amit-amit) kita tersesat. Melihat tulisan tersebut, si mbak langsung tahu dan memberikan 2 tiket yang entah buat apa karena saya langsung kasih ke Supir Taksinya.
Idealnya, saat naik taksi kita membayar argo + karcis tol + tambahan THB 50 untuk taksi di bandara. Entah mengapa saat kita naik, kita gak nemuin alat argo (taxi meter) sama sekali. Setelah kita tanya, supir taksi bilang kita cukup bayar THB 400 saja. Untuk karcis tol dan tambahan THB 50 sudah all in. Apa yang terjadi sodara-sodara? Kita sama sekali gak masuk tol, karena jalanan lancar car car sekali! Mau ngomel juga percuma karena sama-sama gak ngerti bahasa masing-masing. Yang penting akhirnya sampai di hostel juga.
PELAJARAN: Tanya dengan supir taksi dulu apakah mereka setuju menggunakan argo atau tidak. Akan lebih baik kita sudah tahu jarak dan estimasi biaya dari suatu tempat ke tempat lain. Jika supir minta tarif flat, kita bisa pertimbangkan apakah masih worth it atau tidak.
Karena ada demo, akhirnya kita diturunkan di pintu ujung National Stadium. Alhasil kita angkat-angkat koper menuju hostel. Jalan sekitar 3 menit, sampailah kita di Lub D Siam Square Hostel. Untung juga, kita tidak perlu menunggu check in jam 14.00, karena kamar sedang kosong. Untuk review hostel, akan dibuat post tersendiri ya 😉
Setelah selesai ngaso-ngaso di kamar, kita siap untuk menjelajahi kota. Apa yang pertama kali kita datengin? 7eleven aja lhooooo! Di sini kita beli makanan ringan dan minuman untuk bekal perjalanan. Di depan sevel, banyak jajanan pinggir jalan. Celingak-celinguk makanan dibuat hanya dari telor dan sayuran (saya tidak makan pork ^^), saya memberanikan diri untuk bertanya berapa harganya. Jadilah si penjual dan pembeli bingung. Untung teman bawa kalkulator dan akhirnya komunikasi dan transaksi terjalin dengan baik.

 

PELAJARAN: Bawa kalkulator untuk memudahkan komunikasi dengan penjual.
Maaf ya, untuk makanan ini namanya apa saya gak tahu, soalnya susah sekali komunikasinya. Tapi yang saya makan adalah telor dengan campuran sayuran lalu diberi nasi. Rasanya biasa aja. Tapi lumayan buat ganjel perut. Sedangkan teman beli campuran toge dan kerang ijo. Justru ini rasanya lebih enak 🙂

 

Dari depan hostel, kita jalan menuju Platinum dan Pratunam Market. Sebenarnya jaraknya lumayan jauh, tapi dikarenakan demo yang sedang berlangsung, otomatis jalanan menjadi ramai dengan jualan di sepanjang jalan. Tanpa terasa kita berjalan cukup jauh dan sampai juga di Platinum.

Platinum seperti Mall ITC dengan pilihan baju yang menurut saya biasa saja. Harganya pun masih dibilang standar, alias gak sama kayak harga pasar (maklum… harga mall). Padahal kan kita cari yang murmer T.T Akhirnya di sini kita cuma makan siang dan belanja sedikit.

Lanjut dari Platinum kita ke Pratunam Market dan Indra Square untuk cari Baju. Sayangnya karena sudah terlalu sore, banyak toko yang sudah tutup. Kita gak dapet belanjaan yang cukup banyak di sini, padahal sempat sudah nawar murah dan penjual udah setuju. Lagi-lagi kendala bahasa, terjadilah misscom yang berujung pada tidak terjadinya pembelian.
Pulangnya kita sempet nyasar. Untung modal nekat dan nanya-nanya polisi kita bisa balik lagi ke hostel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *